Archives

  • Revitalisasi dan Rekonstruksi Kelahiran Pancasila 1 Juni dalam Menjawab Komplekitas Permasalahan Bangsa Indonesia
    Vol. 1 No. 1 (2021)

    SALAM PANCASILA!!!

    Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 24 Tahun 2016 yang menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, disambut antusias dan menumbuhkan kegairahan untuk kembali memperbincangkan Pancasila di kalangan masyarakat. Namun demikian, kenyataan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini masih dipenuhi dengan beragam perilaku yang justru menunjukkan gejala semakin pudarnya nilai-nilai Pancasila. Bahkan, pengkhianatan terhadap nilai-nilai Pancasila semakin sering terlihat, dilakukan oleh segelintir atau sekelompok orang yang ironisnya memiliki atau menggenggam kekuasaan yang memiliki dampak besar pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

    Kenyataan tersebut mendorong Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Pembumian Pancasila (DPP GPP) menerbitkan Jurnal Pembumian Pancasila sebagai wadah untuk mereaktualisasikan pemahaman Pancasila sebagai kristalisasi dan sublimasi nilai-nilai luhur dari berbagai agama, kepercayaan, budaya, dan adat - istiadat yang tumbuh, hidup, dan berkembang di bumi Nusantara; mendorong dan mendukung kolaborasi-sinergis bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat untuk melakukan akselerasi menuju tercapainya masyarakat gotong-royong sebagai model permanen tata nilai menuju masyarakat bangsa yang berketuhanan dengan kebudayaan, berkemanusiaan, berkebangsaan, berkerakyatan, dan berkeadilan; serta membangun sikap progresif-revolusioner dalam membumikan Pancasila sebagai satu-satunya Ideologi yang lahir dan diperbolehkan tumbuh dan berkembang di Negara Kesatuan Republik Indonesia, bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika.

    Semua itu didasarkan pada visi dari GPP, yaitu "Membangun masyarakat Sosialisme Indonesia tanpa penindasan dan penghisapan manusia atas manusia, tanpa penindasan dan penghisapan bangsa atas bangsa"; dan misi GPP : 1) Merawat dan membumikan Pancasila dalam mewujudkan masyarakat bangsa yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan (Trisakti), 2) Membangun karakter personal dan bangsa (nation and personal character building - NPCB) bernafaskan Pancasila sebagai upaya mencegah, menangkal, dan melawan radikalisme-fundamentalisme transnasional, kapitalisme, neoliberalisme/neokolonialisme–imperialisme (neolib/nekolim), terorisme, korupsi, mafia, penyalahgunaan kekuasaan, dan penyalahgunaan narkoba dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan 3) Mengembangkan pendidikan Pancasila secara progresif-revolusioner berakar dari ajaran dan pemikiran Sukarno serta kristalisasi dan sublimasi nilai-nilai luhur agama, kepercayaan, adat istiadat, dan budaya bangsa.

    Hadirnya Jurnal Pembumian Pancasila diharapkan menjadi media sekaligus motor penggerak bagi tumbuhnya romantika, dinamika, dan dialektika mengenai Pancasila. Pada terbitan perdana ini Jurnal Pembumian Pancasila memuat tujuh tulisan dengan variasi topik yang semuanya terangkai dalam tema utama; “Revitalisasi dan Rekonstruksi Kelahiran Pancasila 1 Juni dalam Menjawab Kompleksitas Permasalahan Bangsa Indonesia.” 

    Tim editor mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya edisi perdana Jurnal Pembumian Pancasila. Selamat membaca dan semoga edisi perdana ini memberi sumbangan wawasan akademik bagi seluruh pembaca. 

    SALAM PANCASILA!!!

  • Refleksi Akhir Tahun 2021 : Urgensi Pembumian Nilai-Nilai Luhur Pancasila Menjawab Kompleksitas Permasalahan Bangsa Pasca Pandemi Covid-19
    Vol. 1 No. 2 (2021)

    SALAM PANCASILA.

    Para Pembaca Budiman, pada edisi ini, Vol. 1 Nomor 2,  Jurnal Pembumian Pancasila hadir dengan mengangkat topik yang menjadi tantangan dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya yaitu pandemi covid-19. Ada berbagai uraian, diskusi, dan putusan-putusan baik dalam lingkup nasional dan internasional untuk menghadapi persoalan ini. Terbitan jurnal kali ini pun ingin merefleksikan konteks ini dalam terang Pancasila, terutama Pancasila sebagai spiritualitas bangsa. Untuk itu, tujuh tulisan yang disugguhkan merupakan gagasan sekaligus pencerahan dalam perspektif agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. 

    Pada tulian pertama, Juhaya S. Pradja dkk mengkaji nilai-nilai ekonomi Pancasila dan  ekonomi Syariah. Dengan memakai teknis analisis data  Miles dan Huberman, tulisan ini menunjukkan pertautan antara Pancasila dan nilai-nilai ekonomi Syariah. Pada tulisan kedua, Franz Magnis-Suseno mengkaji secara filosofis hakekat Pancasila yang dalam perspektif Umat Katolik sebagai a pure blessing. Pada tulisan ketiga, Gunawan Djayaputra dengan berbasis pada tiga akar kejahatan dalam perspektif agama Buddha yaitu, lobha, dosa, dan moha mengkaji seputar korupsi. Pada tulisan keempat, Uung Sendana dari Agama Khonghucu menalarkan dalam konteks pandemi dan disrupsi yang melanda umat manusia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus disikapi dengan arif bijakasana. Tulisan kelima, Martin Lukito Sinaga merefleksikan daya sintas dan daya lenting yang didapat dari ideologi sintesis dan inklusif Pancasila. Engkus Ruswana, pada artikel keenam mengkaji kerjasama yang perlu dipererat antar berbagai unsur di negeri ini dalam mengatasi pandemi. Last but not least, kajian ketujuh dari I Nengah Duija merefleksikan dalam terang pikir dan budi kearifan lokal Hindu Bali dalam menanggapi pandemi covid-19. 

    Berbagai tulisan ini sungguh memperlihatkan bahwa Pancasila sebagai spiritualitas bangsa Indonesia yang tercermin dari refleksi agama-agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia menjadi basis kuat dan visi mencerahkan bagi Indonesia di masa depan. Selamat membaca dan semoga tulisan ini menguatkan basis kebangsaan kita pada Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dasar negara, dan spiritualitas bangsa.

    Selamat membaca.

    Redaksi

  • Marhaenisme Akar Historis Pancasila
    Vol. 2 No. 1 (2022)

    Salam Pancasila!

    Para Pembaca Budiman, Jurnal Pembumian Pancasila Vol. 2 Nomor 1 kembali hadir dengan mengangkat tema, Marhaenisme Akar Historis Pancasila. Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dan dasar negara mempunyai basis historis yang mengakar kuat dalam pengalaman rakyat negeri ini. Pengalaman itu berkaitan dengan keinginan untuk hidup bersama sebagai bangsa karena  realitas ketertindasan baik itu oleh cengkraman global dalam bentuk imperialisme dan kapitalisme juga dari  kekuatan penindasan lokal dalam bentuk feodalisme. Untuk melawan kekuatan ini, Sukarno secara brilian menemukan gagasan Marhaenisme. Sebuah pemikiran yang tidak semata lahir dari menara gading intelektual atau keheningan meditatif platonis semata. Marhaenisme  merupakan gagasan yang lahir dengan basis filosofis mendalam dan sekaligus mengakar dari pengalaman rakyat bangsa Indonesia. Tujuh tulisan kali ini mengangkat diskursus tentang Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila dan menjadi visi kerakyatan menuju Indonesia yang adil makmur secara material dan spiritual.

    Pada tulisan pertama, Antonius Dieben Robinson Manurung menggali pemikiran tentang Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila. Marhaenisme lahir dalam sebuah dialektika baik dengan Marxisme  sebagai basis ilmiah filosofis untuk melawan imperialisme dan kapitalisme maupun dengan konteks kerakyatan. Pada tulisan kedua, Koerniatmanto Soetoprawiro mengkaji konteks Marhaen  dalam dimensi fundamental kehidupan bangsa Indonesia yang seringkali diabaikan yaitu dunia pertanian. Keberpihakan pada rakyat berarti konkret menyejahterakan para petani, nelayan dengan   kebijakan hukum yang melindungi kelompok ini di tengah globalisasi. Tulisan ketiga, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastraputra Suyasa menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila agar tetap hidup dalam sebagai ideologi yang mempersatukan seluruh keberagaman bangsa ini. Persatuan merupakan sebuah upaya belajar terus-menerus, hal itu yang direfleksikan pada tulisan keempat dari Ruskana Putra Marhaen. Perjuangan kaum Marhaen akhirnya pada struktur masyarakat yang berlandaskan Marhaenisme tersebut. Pada tulisan kelima, Tito Zeni Asmara Hadi mengajak pembaca kembali untuk memahami isi jiwa dari Marhaenisme dalam perjuangan politik Bung Karno. Pada tulisan keenam, Didik Suhariyanto kembali mengkaji tentang tata Indonesia dalam spirit Marhaenisme. Dan pada tulisan ketujuh, Angelo Basario Marhaenis M yang mengangkat perjuangan kebangsaan ini dalam alam berpikir Gen-Z, mahasiswa Indonesia saat ini.

    Berbagai tulisan ini mengindikasikan bahwa Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila merupakan sesuatu yang dinamis dan kontekstual. Ia perlu terus dikaji di ruang publik Indonesia secara terbuka agar cita-cita kemerdekaan Indonesia sungguh terwujud di tengah rakyat.

    Selamat Membaca!

     

    Redaksi

  • Manifestasi Pancasila melalui Trisakti sebagai Pedoman Mewujudkan Amanat Penderitaan Rakyat
    Vol. 2 No. 2 (2022)

    Salam Pancasila!

    Para Pembaca Budiman, Jurnal Pembumian Pancasila Vol.2.No.2.Desember 2022 kembali hadir dengan mengangkat tema Manifestasi Pancasila melalui Trisakti sebagai Pedoman Mewujudkan Amanat Penderitaan Rakyat. Ada tujuh (7) tulisan yang ditampilkan pada terbitan ini. Ketujuh tulisan ini dengan cara masing-masing mengkaji tema di atas. Tiga tulisan pertama membuka kajian fundamental tentang Pancasila melalui Trisakti dari perspektif historis, politik, dan ekonomi. Dua tulisan berikut yakni tulisan keempat dan kelima merupakan sebuah upaya melihat kebaruan (novelty) Pancasila melalui Trisakti. Dan tulisan, keenam dan ketujuh, menutup dengan sebuah perspektif kekinian yakni bagaimana dimensi sejarah Pancasila harus terus dibumikan dalam konteks kini sambil tak melupakan akar historisnya.

    Tema yang diangkat kali ini ingin memberi sebuah cara pandang mendasar tentang Pancasila. Sebuah cara pandang yang mengakar dari konteks historis negeri ini, tetapi juga ingin mencerna realitas kekinian, dan sekaligus mempunyai visi historis yang kokoh. Terbitan Vol. 2. No. 2 ini diawali dengan kajian dari Bondan Kanumoyoso yang menghidupkan secara aktual kosa kata Trisakti dan pembumian Pancasila yang sempat pudar di masa lampau. Pada kajian kedua, Abdy Yuhana mencoba menelusuri perihal geopolitik yang menjadi hal yang perlu terus diperhatikan dalam upaya mewujudkan cita-cita Proklamasi sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada tulisan ketiga, Chandra Setiawan kembali meletakkan kesejahteraan dalam perspektif ekonomi yang mendasar berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.

    Selain itu, pada terbitan kali ini juga disuguhi dua tulisan yang  mengkaji dimensi kebaruan melalui fotografi. Tulisan keempat dari Mardohar Batu Bornok Simanjuntak merupakan sebuah kajian filosofis dimana realitas kontemporer gerak ideologi dalam kacamata Balkin yaitu viral, filter, dan simbion coba dibaca dalam konteks Pancasila. Upaya kebaruan ini juga dikaji dalam perspektif psikologis oleh Saipul Iskandar yang mengangkat kajian tentang pentingnya pendidikan generasi muda.

    Akhirnya terbitan ini ditutup dengan dua perspektif yang sekaligus mengingatkan pembaca bahwa Pancasila melalui Trisakti perlu terus direaktualisasi yang dibahas oleh Martin Sembiring. Dan kajian penutup oleh Rofinus Neto Wuli mengajak pembaca untuk tak melupakan Ende, tempat Bung Karno diasingkan, sebagai sebuah ruang spiritual-meditatif Sukarno dalam melahirkan gagasan besar Pancasila yang mempersatukan Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Sangihe Talaud sampai ke Pulau Rote.

     

    Selamat Membaca

    Redaksi

     

     

  • Urgensi Kepemimpinan Pancasila dalam Kaitannya dengan Tahun Politik Kebangsaan
    Vol. 3 No. 1 (2023)

    Salam Pancasila,

     

    Dalam edisi Jurnal Pembumian Pancasila Vol.3 No.1 tema yang diangkat adalah "Urgensi Kepemimpinan Pancasila, dalam Kaitannya dengan Tahun Politik Kebangsaan". Tema ini dipilih dalam menghadapi tahun 2024 yang merupakan tahun penyelenggaraan Pemilihan Umum (pemilu) dan juga Pemilihan Kepala Daerah (pilkada) serentak. Agenda penyelenggaraan pemilu dan pilkada adalah agenda rutin 5 (lima) tahunan yang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia. Dalam pemilu dan pilkada kita memilih presiden, kepala daerah, anggota legislatif di tingkat pusat dan juga di tingkat daerah. Ada begitu banyak pimpinan eksekutif dan legislatif di tingkat nasional dan daerah yang akan dipilih di tahun depan, sehingga menjadi sangat strategis bagi Jurnal Pembumian Pancasila untuk mengangkat tema tentang urgensi kepemimpinan Pancasila.

    Para pembaca yang budiman, kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang berakar kepada nilai-nilai dan falsafah yang ada dalam Pancasila. Nilai-nilai dan falsafah tersebut harus selalu diaktualisasikan sesuai dengan tantangan dan permasalahan bangsa yang terkini. Tanpa kepemimpinan Pancasila, sulit dibayangkan bangsa Indonesia akan dapat mengatasi masalah-masalah fundamental yang terjadi di era dunia yang semakin menyatu sebagai dampak dari perkembangan teknologi. Dalam konteks situasi revolusi industri 4.0 yang menuju ke 5.0 Pancasila tetap relevan untuk dijadikan acuan dan rujukan dalam memberikan jawaban yang bertumpu kepada kearifan bangsa terhadap permasalahan yang terus muncul secara dinamis.

    Titik tumpu kepemimpinan Pancasila adalah nilai-nilai luhur yang selama ini telah menuntun perjalanan bangsa Indonesia selama 78 tahun. Dalam periode yang merentang panjang itu telah ada banyak contoh keteladanan kepemimpinan Pancasila yang dipraktikkan oleh tokoh-tokoh bangsa. Kepemimpinan Pancasila seperti yang dipraktikkan oleh Sukarno misalnya, bukan saja telah berhasil membawa bangsa Indonesia untuk menegakkan kedaulatan dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain, bahkan telah membawa Indonesia menjadi salah satu pemimpin bangsa-bangsa di dunia, khususnya bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

    Dalam edisi Jurnal Pembumian Pancasila kali ini ada tujuh artikel yang mendalami berbagai aspek yang terkait dengan kepemimpinan Pancasila. Artikel-artikel itu menyajikan berbagai pespektif tentang urgensi untuk terus merevitalisasi makna dan praktik Pancasila serta kehidupan berbangsa dan bernegara. Apa yang menjadi fokus utama dari artikel-artikel tersebut adalah mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memilih dan memilah para pemimpin yang benar-benar mempunyai kepedulian, pemahaman, dan track record yang teruji dalam menjalankan dan membumikan Pancasila. Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan golongan.

    Melalui berbagai tema yang diangkat oleh Jurnal Pembumian Pancasila edisi kali ini, diharapkan masyarakat akan mendapatkan bekal dan pengetahuan dalam menentukan perjalanan bangsa Indonesia, paling tidak dalam 5 (lima) tahun ke depan setelah pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak. Urgensi kepemimpinan Pancasila menentukan perjalanan bangsa dalam mewujudkan cita-cita kita bersama, yaitu masyarakat Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.

     

    Selamat Membaca!

  • Manifestasi Kepemimpinan Pancasila Dalam Membangun Rezim Pembumi Pancasila
    Vol. 3 No. 2 (2023)

    Salam Pancasila,

    Masalah kepeminpinan Pancasila adalah masalah yang sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu dalam penerbital Jurnal Pembumian Pancasila Volume 3 Nomor 2 tema yang diangkat adalah “Manifestasi Kepemimpinan Pancasila Dalam Membangun Rezim Pembumian Pancasila”. Kepemimpinan Pancasila tidak hanya penting untuk diwacanakan, tetapi juga mutlak harus diwujudkan dalam kehidupan masyarakat kita. Hingga saat ini Indonesia telah mengalami berbagai model kepemimpinan. Jika kita melakukan refleksi, maka kita akan menemukan bahwa kita telah mendapatkan inspirasi yang luar biasa dari praktik kepemimpinan yang dilaksanakan oleh Sukarno dalam 20 tahun awal perjalanan negara Republik Indonesia. Kepemimpinan yang dijalankan oleh Sukarno sebagai presiden pertama RI menghadapi tantangan secara internal maupun dari luar. Dengan berpedoman kepada Pancasila, yang oleh Sukarno dilengkapi dengan Trisakti, yaitu: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan, Indonesia saat itu mampu bukan hanya mengatasi potensi perpecahan bangsa, tetapi juga bahkan menjadi pemimpin bangsa-bangsa Asia-Afrika yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok. <p="justify">Saat ini tantangan zaman telah berubah. Era tatanan dunia yang bipolar berupa perebutanan hegemoni antara kekuatan Blok Barat dan Blok Timur tidak ada lagi dengan bubarnya Uni Soviet dan jatuhnya berbagai rezim komunis yang tergabung dalan negara-negara Blok Timur di akhir abad 20. Periode paska Perang Dingin ditandai dengan meningkatnya globalisasi dan keterhubungan ekonomi, dengan perluasan perdagangan internasional dan mencairnya batas-batas negara. Kemajuan teknologi telah meluluhkan sekat-sekat yang membatasi hubungan antar bangsa. Kemudahan akses telah menyebabkan masyarakat mengalami banjir informasi. Tanpa ada satu pedoman atau acuan yang dapat dijadikan pegangan, identitas ke-Indonesi-an kita terancam untuk digantikan dengan ideologi transnasional. Ancaman semakin nyata jika kita melihat fenomena tantangan yang ada dari dalam Indonesia sendiri, yaitu permasalahan-permasalahan krusial yang harus dipecahkan seperti korupsi, ketimpangan sosial, intolerasi, pelanggaran ham, dan radikalisme. <p="justify"> Sidang pembaca yang kami hormati, untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada saat ini dan yang akan datang kita memerlukan kepemipinan yang berbasis kepada nilai-nilai Pancasila. Kepemimpinan itu harus kuat dan mengakar serta memiliki rekam jejak yang jelas, sehingga dapat menjamin terlaksananya pembumian Pancasila di tanah air Indonesia.  Kepemimpinan Pancasila tersebut harus mampu membentuk rezim yang dapat mewujudkan nilai-nilai Pancasila. Rezim dalam konteks Rezim Pembumi Pancasila mempunyai makna yang positif, yaitu tata pemerintah negara yang siap dan berkomitmen untuk menjadikan Pancasila sebagai acuan utama dalam mewujudkan cita-cita bangsa. <p="justify">Dalam edisi kali ini kami menyajikan tujuh tulisan yang Sebagian besar bertemakan kepemimpinan Pancasila. Tulisan-tulisan itu berikhtiar untuk mengupas berbagai aspek yang terkait dengan masalah kepemimpian dan kotekstualiasasinya dalam kehidupan berbangsa. Iktiar dan upaya semacam ini harus kita dukung penuh, karena dengan dukungan itu kita akan dapat menemukan wujud kepemipinan Pancasila yang benar-benar dapat membentuk tata pemerintah negara yang mampu membumikan Pancasila. Selamat membaca dan berkontemplasi!