Vol. 2 No. 1 (2022): Marhaenisme Akar Historis Pancasila

Salam Pancasila!

Para Pembaca Budiman, Jurnal Pembumian Pancasila Vol. 2 Nomor 1 kembali hadir dengan mengangkat tema, Marhaenisme Akar Historis Pancasila. Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dan dasar negara mempunyai basis historis yang mengakar kuat dalam pengalaman rakyat negeri ini. Pengalaman itu berkaitan dengan keinginan untuk hidup bersama sebagai bangsa karena  realitas ketertindasan baik itu oleh cengkraman global dalam bentuk imperialisme dan kapitalisme juga dari  kekuatan penindasan lokal dalam bentuk feodalisme. Untuk melawan kekuatan ini, Sukarno secara brilian menemukan gagasan Marhaenisme. Sebuah pemikiran yang tidak semata lahir dari menara gading intelektual atau keheningan meditatif platonis semata. Marhaenisme  merupakan gagasan yang lahir dengan basis filosofis mendalam dan sekaligus mengakar dari pengalaman rakyat bangsa Indonesia. Tujuh tulisan kali ini mengangkat diskursus tentang Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila dan menjadi visi kerakyatan menuju Indonesia yang adil makmur secara material dan spiritual.

Pada tulisan pertama, Antonius Dieben Robinson Manurung menggali pemikiran tentang Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila. Marhaenisme lahir dalam sebuah dialektika baik dengan Marxisme  sebagai basis ilmiah filosofis untuk melawan imperialisme dan kapitalisme maupun dengan konteks kerakyatan. Pada tulisan kedua, Koerniatmanto Soetoprawiro mengkaji konteks Marhaen  dalam dimensi fundamental kehidupan bangsa Indonesia yang seringkali diabaikan yaitu dunia pertanian. Keberpihakan pada rakyat berarti konkret menyejahterakan para petani, nelayan dengan   kebijakan hukum yang melindungi kelompok ini di tengah globalisasi. Tulisan ketiga, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastraputra Suyasa menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai Pancasila agar tetap hidup dalam sebagai ideologi yang mempersatukan seluruh keberagaman bangsa ini. Persatuan merupakan sebuah upaya belajar terus-menerus, hal itu yang direfleksikan pada tulisan keempat dari Ruskana Putra Marhaen. Perjuangan kaum Marhaen akhirnya pada struktur masyarakat yang berlandaskan Marhaenisme tersebut. Pada tulisan kelima, Tito Zeni Asmara Hadi mengajak pembaca kembali untuk memahami isi jiwa dari Marhaenisme dalam perjuangan politik Bung Karno. Pada tulisan keenam, Didik Suhariyanto kembali mengkaji tentang tata Indonesia dalam spirit Marhaenisme. Dan pada tulisan ketujuh, Angelo Basario Marhaenis M yang mengangkat perjuangan kebangsaan ini dalam alam berpikir Gen-Z, mahasiswa Indonesia saat ini.

Berbagai tulisan ini mengindikasikan bahwa Marhaenisme sebagai akar historis Pancasila merupakan sesuatu yang dinamis dan kontekstual. Ia perlu terus dikaji di ruang publik Indonesia secara terbuka agar cita-cita kemerdekaan Indonesia sungguh terwujud di tengah rakyat.

Selamat Membaca!

 

Redaksi

Published: 2022-06-01