BAHAYA KEBANGKRUTAN IDEOLOGI DAN KEKUATAN FILOSOFIS PANCASILA
DOI:
https://doi.org/10.63758/jpp.v5i1.64Kata Kunci:
Dialektika, Filosofis, Hermeneutika, Ideologi, Kebangkrutan Ideologi, Logosntrisme, StrukturalismeAbstrak
Pancasila, sebagai ideologi dan dasar filosofis bangsa Indonesia, mencerminkan visi kreatif para pendiri bangsa yang mengintegrasikan keragaman budaya, sosial, dan politik Nusantara. Artikel ini membahas potensi krisis ideologi Pancasila di tengah dinamika global dan perkembangan sains serta teknologi. Mengacu pada pemikiran tokoh seperti Marx, Nietzsche, dan Lyotard, kebangkrutan ideologi terjadi ketika ideologi kehilangan relevansi dalam menjawab tantangan sosial-politik. Pancasila menghadapi ancaman serupa akibat minimnya pemahaman epistemologis dan antusiasme masyarakat, serta lemahnya implementasi nilai-nilainya dalam kehidupan bernegara. Namun, Pancasila memiliki kekuatan hermeneutik yang bersumber dari proses dialektis dan komunikatif dalam perumusannya, sebagaimana diuraikan melalui konsep fusi horison Gadamer. Artikel ini mengusulkan tiga model filosofis untuk memahami Pancasila: logosentrisme, yang menempatkan Pancasila sebagai sumber rasional; strukturalisme, yang melihatnya sebagai struktur nilai yang holistik; dan dialektika, yang menekankan komunikasi nilai-nilai Pancasila dengan keragaman masyarakat. Pendekatan dialektis dianggap paling relevan untuk menjaga eksistensi Pancasila dengan terus mendialogkan nilainya dengan realitas sosial, budaya, dan agama masyarakat Indonesia, sehingga tetap relevan dan kokoh sebagai identitas bangsa.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Pembumian Pancasila

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.