KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM IDEOLOGI PANCASILA DILIHAT DARI PERSPEKTIF VITA ACTIVA-VITA CONTEMPLATIVA HANNAH ARENDT DAN SIMBION MUTUALIS J.M. BALKIN

Authors

  • Mardohar Simanjuntak Universitas Katolik Parahyangan
  • Ester Oka Nugraheni

Keywords:

vita contemplativa, vita activa, konstituen, interosepsi, eksterosepsi

Abstract

Menjadi pemimpin mengandaikan keterlibatan aktif agensi yang bersangkutan dalam lokus kepemimpinannya. Proposisi ini mengandaikan bahwa seorang pemimpin memiliki relasi resiprokal terhadap dua pihak: konstituen dan non-konstituennya. Kondisi perpolitikan Indonesia saat ini cenderung non-resiprokal terhadap non-konstituen sehingga legitimasi pemimpin menjadi terbagi ke dalam kantong-kantong pemilihan yang cenderung homogen dalam setiap pemilihan umum. Hannah Arendt mengajukan gagasan vita activa dan vita contemplativa, yang sebenarnya merupakan sebuah metode siklik untuk terus memeriksa secara resiprokal sebuah tindakan baik dalam persepsi eksternal-internal (eksterosepsi) maupun persepsi internal-eksternal (interosepsi) dalam kerangka yang diajukan Anil Seth. Di dalam penelitian ini, penulis menggagas sebuah model kepemimpinan yang didasarkan pada evaluasi siklik semacam ini. Sebagai fondasi teoretisnya, penulis mengambil kategorisasi instrumen ideologi simbion mutualis yang digagas oleh J.M. Balkin. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kepemimpinan yang evaluatif dalam tahapan interosepsi maupun eksterosepsi dapat memberikan peluang bagi terciptanya sebuah model yang inklusif terhadap konstituen.

Downloads

Published

2023-12-21

How to Cite

Simanjuntak, M., & Ester Oka Nugraheni. (2023). KARAKTER KEPEMIMPINAN DALAM IDEOLOGI PANCASILA DILIHAT DARI PERSPEKTIF VITA ACTIVA-VITA CONTEMPLATIVA HANNAH ARENDT DAN SIMBION MUTUALIS J.M. BALKIN. Jurnal Pembumian Pancasila, 3(2), 115–121. Retrieved from https://jurnalpembumianpancasila.id/index.php/jpp/article/view/53